Cara Cerdas Memanfaatkan Media Sosial - SUMBER |
Saya rasa ini agak mengkhawatirkan. Sebuah cerita yang saya dapatkan dari sahabat dimana ia memiliki kekasih dari negara pengayom Aborigin, Australia, yang sedang tinggal beberapa bulan di Indonesia. “Saya bingung dengan orang Indonesia. Disini sosial media hanya untuk gila-gilaan, sangat ringan. Tapi di negara saya, Facebook adalah ladang rezeki dan harus menghasilkan...”, ungkap kekasihnya. Betapa malu sahabat saya tadi mendengar pengakuan orang kesayangannya itu. Tentu, ini bisa menjadi bahan introspeksi bersama bahwa fungsi sosial media adalah lebih dari sekedar curhatan ataupun ketikan iseng yang tak ada nilainya sama sekali.
Indonesia, salah satu negara
dengan masyarakat yang rata-rata gencar mengkonsumsi media sosial sebagai hiburan. Akun Facebook, Twitter, Google, Instagram, Path dst
pastinya tak pernah pindah dari pandangan. Sebagai seorang awam, saya menganggap ini sebagai perwujudan budaya instan yang mengakar di masyarakat. Saking instannya, segala informasi akan didapat dalam waktu singkat.
Perkembangan teknologi yang
terkemas melalui media sosial sungguh mengubah hidup
masyarakat tradisional menjadi masyarakat digital. Berkah atau musibahkah ini? Tentu harus dikaji secara mendalam. Media komunikasi dan sosialisasi yang canggih dapat mempermudah hidup masyarakat, inilah berkahnya.
Di sisi lain, ada saja dampak
buruk yang terjadi ketika seseorang tak bijak dalam bersosial media. Seakan ia
raja, bisa berbuat sesuka hati, merasa tak ada orang lain yang berani mengkritisi. Disinilah, ego di era digital semakin menghantui ketika setiap orang berambisi untuk mengeruk keuntungan pribadi. Manfaat media sosial juga memudar saat orang melakukan update status yang tak ada nilainya sama sekali. Kesannya, masyarakat kita tak memiliki tujuan saat memanfaatkan kecanggihan teknologi, seakan membenarkan curhatan pacar sahabat saya tadi.
Bijak dalam memanfaatkan
teknologi itu penting karena disanalah akan kita temukan nilai hidup.
Apakah masyarakat Indonesia sudah mampu mewujudkannya? Yuk kita lihat fakta
yang terjadi akhir-akhir ini sehubungan dengan pengalaman pribadi saya saat
dihadapkan pada berbagai isu di sosial media :
1. Ekonomi : Bisnis dan Teknologi, Kolaborasi Positif
Penghasil Rezeki
Jujur dan
gesit bersosial media ternyata menguntungkan. Online shop semakin menjamur di sosial media hingga terkadang saya
pribadi tak lagi berminat belanja di mall karena lebih hemat. Selain sebagai penikmat, saya pun pernah mengais
rezeki dari online shop, semua terasa mudah dan cepat. Notif email atau
SMS membuat saya bahagia, tanda bahwa konsumen sudah transfer belanjanya.
è Jadi,
di bidang ekonomi, sosial media membantu saya untuk menghasilkan rezeki.
2. Politik : Persaingan Tak Sehat Justru Memecah Hubungan Sosial
Jujur saja, saya sama sekali
tak paham politik. Bahkan ramainya pilpres beberapa waktu lalu, saya tak
mengikutinya secara runtut, hanya menangkap benang merahnya. Menghadapi dua kubu besar saat itu, prinsip saya adalah : saya pilih ini. Andai kamu pilih itu,
silahkan. Itu hak kamu.
Tapi apa yang terjadi sungguh
diluar perkiraan saya. Ternyata orang di sekitar saya, kenalan lama, yang biasanya adem ayem bisa melakukan revolusi karakter. Sangat memprihatinkan, perbedaan pandangan politik menghadirkan fenomena saling terkam hingga ambisi saling menjatuhkan di
media sosial. Bahkan ikatan persahabatan di sosial media berakhir dengan saling
hapus kontak teman-teman yang tak sepaham dengannya.
è Jadi,
di ranah politik, saya rasa toleransi masyarakat dalam bersosial media harus
lebih ditingkatkan. Beda itu biasa. Tapi yang membuat kita jadi manusia luar
biasa adalah dapat menghargai perbedaan dengan lapang dada.
3. Agama : Toleransi Agama Wujudkan Kedamaian
Masalah kepercayaan masih
menjadi hal sensitif bagi masyarakat Indonesia. Beberapa orang tampak
mempertahankan keharmonisan antar umat beragama. Disini, media sosial bertugas menyebarkan wawasan agama yang mengedukasi, dapat dibaca setiap
orang tanpa harus merasa sensitif jika dikaitkan dengan iman lainnya.
Kuncinya satu, merendahkan ego dan tak mudah terpancing dengan 'beda' yang pada akhirnya hanya memecah belah persaudaraan antar umat beragama. Para pelopor kebencian saat menjatuhkan iman orang lain kadang sukses duduk di Top 1 karena diperkuat oleh teman-temannya yang berpikir sama, sekalipun ini tak selalu benar. Lalu, siapkah nitizen bertanggung jawab atas ini?
Toleransi Antar Umat Beragama - SUMBER |
è Saya
rasa, sosialisasi tentang pemanfaatan sosial media dalam rangka meningkatkan
kualitas iman dan toleransi antar umat beragama sangat perlu dilakukan oleh beberapa pihak. Tujuannya agar perbedaan agama bisa dijadikan
media untuk berbagi kebaikan dan solusi, bukan justru saling menjatuhkan.
4. Pendidikan : Edukasi Instan Penambah Wawasan
Dalam hal edukasi, media
sosial sungguh memberikan kontribusi yang luar bisa. Masyarakat semakin pintar tanpa harus
repot baca tumpukan buku atau pun tak perlu datang langsung ke tempat impian. Hanya dari satu titik yang terbantu oleh kelincahan jari-jari Anda, dunia sudah ada di
genggaman, bisa berjalan-jalan gratis, resep masakan berlimpah, bisa menikmati lukisan indah tanpa
harus datang ke galeri seni dsb. Berita baiknya, saat ini banyak
tersedia media untuk belajar atau sekolah online yang akan membuat masyarakat
makin cerdas, hanya dari rumah.
è Mudah,
cepat dan praktis, itulah manfaat sosial media dari segi pendidikan. Tapi awas, jangan sampai generasi muda terjerumus dalam informasi
yang tak layak untuk dinikmati. Semua berperan untuk ini. Orang tua, ahli IT, pemilik situs bahkan masyarakat umum harus bekerja sama mewujudkan edukasi positif bagi generasi muda saat bersosial media.
5. Sosial : Hati-hati itu Perlu
Tak dapat dipungkiri, akhir-akhir
ini kita sering disuguhi dengan berbagai berita heboh di sosial media akibat
kesalahan yang sangat sepele. Masih ingat kasus gadis belia yang mendadak
populer lantaran selfie di taman bunga Pathuk, Jogja? Kasus lain yang lebih
memprihatinkan ketika seorang gadis diajak ‘bermain’ lelaki kenalannya di FB saat
baru pertama bertemu.
è Apa
pesan dari semua ini? Mengingatkan nitizen untuk lebih hati-hati dalam memanfaatkan
sosial media. Mulai sekarang, jangan terlalu umbar status baru jika memang
membahayakan. Waspada itu perlu karena apa yang Anda lihat di dunia maya belum tentu
sama di dunia nyata.
***
Saya sempat bermimpi, betapa amannya dunia maya ketika ada polisi online yang bisa ungkap setiap pelanggaran. Semua masalah diatas adalah fenomena
era baru yang harus kita petik hikmahnya. Bhinneka Tunggal Ika, dalam hal apapun
itu, harus dijadikan dasar untuk melangkah bersama. Beda tak masalah, asalkan
bisa saling menghargai. Nah, Anda dan semua orang sesungguhnya dapat memetik banyak berkah dari aktivitas di media sosial,
asalkan cerdas memanfaatkannya.
Riana Dewie
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Hi, terimakasih atas kunjungannya. Silakan bertanya atau berdiskusi dengan menulis di kolom komentar.